Lampung adalah sebuah provinsi paling selatan di Pulau Sumatera,
Indonesia, Ibukotanya terletak di Bandar Lampung. Provinsi ini memilki 2 Kota
dan 15 Kabupaten. Kota yang dimaksud adalah Kota Bandar Lampung dan Kota Metro.
Di sebelah utara berbatasan dengan Bengkulu dan Sumatera Selatan.
Provinsi Lampung
memiliki Pelabuhan utama bernama Pelabuhan Panjang dan Pelabuhan Bakauheni
serta pelabuhan nelayan seperti Pasar Ikan (Telukbetung), Tarahan, dan Kalianda
di Teluk Lampung. Bandar Udara utama adalah “Radin Inten II”, yaitu nama baru
dari “Branti”, 28 Km dari Ibukota melalui jalan negara menuju Kotabumi, dan
tiga Bandar Udara perintis yaitu : Bandar Udara Mohammad Taufik Kiemas di Krui,
Pesisir Barat, Bandar Udara Gatot Soebroto di Kabupaten Way Kanan dan Lapangan
terbang AURI terdapat di Menggala yang bernama Astra Ksetra.
Secara Geografis Provinsi Lampung terletak pada kedudukan :
Timur – Barat berada antara : 103º 40′ – 105º 50′ Bujur Timur Utara – Selatan
berada antara : 6º 45′ – 3º 45′ Lintang SelatanSedangkan di Teluk Semaka adalah
Kota Agung (Kabupaten Tanggamus), dan di Laut Jawa terdapat pula pelabuhan
nelayan seperti Labuhan Maringgai dan Ketapang. Di samping itu, Kota Menggala
juga dapat dikunjungi kapal-kapal nelayan dengan menyusuri sungai Way Tulang
Bawang, adapun di Samudra Indonesia terdapat Pelabuhan Krui.
Provinsi Lampung lahir pada tanggal 18 Maret 1964 dengan
ditetapkannya Peraturan Pemerintah Nomor 3/1964 yang kemudian menjadi
Undang-undang Nomor 14 tahun 1964. Sebelum itu Provinsi Lampung merupakan
Karesidenan yang tergabung dengan Provinsi Sumatera Selatan.
Kendatipun Provinsi Lampung sebelum tanggal 18 Maret 1964 tersebut secara
administratif masih merupakan bagian dari Provinsi Sumatera Selatan, namun
daerah ini jauh sebelum Indonesia merdeka memang telah menunjukkan potensi yang
sangat besar serta corak warna kebudayaan tersendiri yang dapat menambah
khasanah adat budaya di Nusantara yang tercinta ini. Oleh karena itu pada zaman
VOC daerah Lampung tidak terlepas dari incaran penjajahan Belanda.
Lampung pernah menjadi wilayah kekuasaan Kerajaan Tarumanagara
dan Kerajaan Sunda sampai abad ke-16. Waktu Kesultanan Banten menghancurkan
Pajajaran, ibu kota Kerajaan Sunda maka Hasanuddin, sultan Banten yang pertama,
mewarisi wilayah tersebut dari Kerajaan Sunda. Hal ini dijelaskan dalam buku
The Sultanate of Banten tulisan Claude Guillot pada halaman 19 sebagai berikut:
“From the beginning it was abviously Hasanuddin’s intention to revive the
fortunes of the ancient kingdom of Pajajaran for his own benefit. One of his
earliest decisions was to travel to southern Sumatra, which in all likelihood
already belonged to Pajajaran, and from which came bulk of the pepper sold in
the Sundanese region”.
Tatkala Banten di bawah pimpinan Sultan Ageng Tirtayasa
(1651–1683) Banten berhasil menjadi pusat perdagangan yang dapat menyaingi VOC
di perairan Jawa, Sumatra dan Maluku. Sultan Ageng ini dalam upaya meluaskan
wilayah kekuasaan Banten mendapat hambatan karena dihalang-halangi VOC yang
bercokol di Batavia. Putra Sultan Ageng Tirtayasa yang bernama Sultan Haji
diserahi tugas untuk menggantikan kedudukan mahkota kesultanan Banten.
Dengan kejayaan Sultan Banten pada saat itu tentu saja tidak menyenangkan VOC,
oleh karenanya VOC selalu berusaha untuk menguasai kesultanan Banten. Usaha VOC
ini berhasil dengan jalan membujuk Sultan Haji sehingga berselisih paham dengan
ayahnya Sultan Agung Tirtayasa. Dalam perlawanan menghadapi ayahnya sendiri,
Sultan Haji meminta bantuan VOC dan sebagai imbalannya Sultan Haji akan menyerahkan
penguasaan atas daerah Lampung kepada VOC. Akhirnya pada tanggal 7 April 1682
Sultan Ageng Tirtayasa disingkirkan dan Sultan Haji dinobatkan menjadi Sultan
Banten.
Dari perundingan-perundingan antara VOC dengan Sultan Haji
menghasilkan sebuah piagam dari Sultan Haji tertanggal 27 Agustus 1682 yang
isinya antara lain menyebutkan bahwa sejak saat itu pengawasan perdagangan
rempah-rempah atas daerah Lampung diserahkan oleh Sultan Banten kepada VOC yang
sekaligus memperoleh monopoli perdagangan di daerah Lampung.
Pada tanggal 29 Agustus 1682 iring-iringan armada VOC dan Banten
membuang sauh di Tanjung Tiram. Armada ini dipimpin oleh Vander Schuur dengan
membawa surat mandat dari Sultan Haji dan ia mewakili Sultan Banten. Ekspedisi
Vander Schuur yang pertama ini ternyata tidak berhasil dan ia tidak mendapatkan
lada yang dicari-carinya. Agaknya perdagangan langsung antara VOC dengan
Lampung yang dirintisnya mengalami kegagalan, karena ternyata tidak semua
penguasa di Lampung langsung tunduk begitu saja kepada kekuasaan Sultan Haji
yang bersekutu dengan kompeni, tetapi banyak yang masih mengakui Sultan Ageng
Tirtayasa sebagai Sultan Banten dan menganggap kompeni tetap sebagai musuh.
Sementara itu timbul keragu-raguan dari VOC apakah benar Lampung
berada di bawah Kekuasaan Sultan Banten, kemudian baru diketahui bahwa
penguasaan Banten atas Lampung tidak mutlak. Penempatan wakil-wakil Sultan
Banten di Lampung yang disebut “Jenang” atau kadang-kadang disebut Gubernur
hanyalah dalam mengurus kepentingan perdagangan hasil bumi (lada).
Sedangkan penguasa-penguasa Lampung asli yang terpencar-pencar
pada tiap-tiap desa atau kota yang disebut “Adipati” secara hierarkis tidak
berada di bawah koordinasi penguasaan Jenang/ Gubernur. Jadi penguasaan Sultan
Banten atas Lampung adalah dalam hal garis pantai saja dalam rangka menguasai
monopoli arus keluarnya hasil-hasil bumi terutama lada, dengan demikian jelas
hubungan Banten-Lampung adalah dalam hubungan saling membutuhkan satu dengan
lainnya.
Selanjutnya pada masa Raffles berkuasa pada tahun 1811 ia
menduduki daerah Semangka dan tidak mau melepaskan daerah Lampung kepada
Belanda karena Raffles beranggapan bahwa Lampung bukanlah jajahan Belanda.
Namun setelah Raffles meninggalkan Lampung baru kemudian tahun 1829 ditunjuk
Residen Belanda untuk Lampung.
Dalam pada itu sejak tahun 1817 posisi Radin Inten semakin kuat,
dan oleh karena itu Belanda merasa khawatir dan mengirimkan ekspedisi kecil
dipimpin oleh Assisten Residen Krusemen yang menghasilkan persetujuan bahwa :
1. Radin Inten memperoleh bantuan keuangan dari Belanda sebesar
f. 1.200 setahun.
2. Kedua saudara Radin Inten masing-masing akan memperoleh bantuan pula sebesar
f. 600 tiap tahun.
3. Radin Inten tidak diperkenankan meluaskan lagi wilayah selain dari desa-desa
yang sampai saat itu berada di bawah pengaruhnya.
Tetapi persetujuan itu tidak pernah dipatuhi oleh Radin Inten dan ia tetap
melakukan perlawanan-perlawanan terhadap Belanda.
Oleh karena itu pada tahun 1825 Belanda memerintahkan Leliever
untuk menangkap Radin Inten, namun dengan cerdik Radin Inten dapat menyerbu
benteng Belanda dan membunuh Liliever dan anak buahnya. Akan tetapi karena pada
saat itu Belanda sedang menghadapi perang Diponegoro (1825–1830), maka Belanda
tidak dapat berbuat apa-apa terhadap peristiwa itu. Tahun 1825 Radin Inten
meninggal dunia dan digantikan oleh putranya Radin Imba Kusuma.
Setelah Perang Diponegoro selesai pada tahun 1830 Belanda
menyerbu Radin Imba Kusuma di daerah Semangka, kemudian pada tahun 1833 Belanda
menyerbu benteng Radin Imba Kusuma, tetapi tidak berhasil mendudukinya. Baru
pada tahun 1834 setelah Asisten Residen diganti oleh perwira militer Belanda
dan dengan kekuasaan penuh, maka Benteng Radin Imba Kusuma berhasil dikuasai.
Radin Imba Kusuma menyingkir ke daerah Lingga, namun penduduk
daerah Lingga ini menangkapnya dan menyerahkan kepada Belanda. Radin Imba
Kusuma kemudian di buang ke Pulau Timor.
Dalam pada itu rakyat dipedalaman tetap melakukan perlawanan,
“Jalan Halus” dari Belanda dengan memberikan hadiah-hadiah kepada
pemimpin-pemimpin perlawanan rakyat Lampung ternyata tidak membawa hasil.
Belanda tetap merasa tidak aman, sehingga Belanda membentuk tentara sewaan yang
terdiri dari orang-orang Lampung sendiri untuk melindungi
kepentingan-kepentingan Belanda di daerah Telukbetung dan sekitarnya.
Perlawanan rakyat yang digerakkan oleh putra Radin Imba Kusuma sendiri yang
bernama Radin Inten II tetap berlangsung terus, sampai akhirnya Radin Inten II
ini ditangkap dan dibunuh oleh tentara-tentara Belanda yang khusus didatangkan
dari Batavia.
Sejak itu Belanda mulai leluasa menancapkan kakinya di daerah
Lampung. Perkebunan mulai dikembangkan yaitu penanaman kaitsyuk, tembakau,
kopi, karet dan kelapa sawit. Untuk kepentingan-kepentingan pengangkutan
hasil-hasil perkebunan itu maka tahun 1913 dibangun jalan kereta api dari
Telukbetung menuju Palembang.
Hingga menjelang Indonesia merdeka tanggal 17 Agustus 1945 dan
periode perjuangan fisik setelah itu, putra Lampung tidak ketinggalan ikut
terlibat dan merasakan betapa pahitnya perjuangan melawan penindasan penjajah
yang silih berganti. Sehingga pada akhirnya sebagai mana dikemukakan pada awal
uraian ini pada tahun 1964 Keresidenan Lampung ditingkatkan menjadi Daerah
Tingkat I Provinsi Lampung.
Kejayaan Lampung sebagai sumber lada hitam pun mengilhami para
senimannya sehingga tercipta lagu Tanoh Lada. Bahkan, ketika Lampung diresmikan
menjadi provinsi pada 18 Maret 1964, lada hitam menjadi salah satu bagian
lambang daerah itu. Namun, sayang saat ini kejayaan tersebut telah pudar.
Iklim
Geografi
Provinsi Lampung memiliki luas 35.376,50 km² dan terletak di antara
105°45′-103°48′ BT dan 3°45′-6°45′ LS. Daerah ini di sebelah barat berbatasan
dengan Samudera Hindia, di sebelah timur dengan Laut Jawa, di sebelah utara
berbatasan dengan provinsi Sumatera Selatan, dan di sebelah selatan berbatasan
dengan Selat Sunda. Beberapa pulau termasuk dalam wilayah Provinsi Lampung,
yang sebagian besar terletak di Teluk Lampung, di antaranya: Pulau Darot, Pulau
Legundi, Pulau Tegal, Pulau Sebuku, Pulau Ketagian, Pulau Sebesi, Pulau
Poahawang, Pulau Krakatau, Pulau Putus dan Pulau Tabuan. Ada juga Pulau Tampang
dan Pulau Pisang di yang masuk ke wilayah Kabupaten Lampung Barat.
Keadaan alam Lampung, di sebelah barat dan selatan, di sepanjang
pantai merupakan daerah yang berbukit-bukit sebagai sambungan dari jalur Bukit
Barisan di Pulau Sumatera. Di tengah-tengah merupakan dataran rendah. Sedangkan
ke dekat pantai di sebelah timur, di sepanjang tepi Laut Jawa terus ke utara,
merupakan perairan yang luas.
Gunung
Gunung-gunung yang puncaknya cukup tinggi, antara lain: Gunung Pesagi (2262 m)
di Liwa, Lampung Barat. Gunung Seminung (1.881 m) di Sukau, Lampung Barat.
Gunung Tebak (2.115 m) di Sumberjaya, Lampung Barat. Gunung Rindingan (1.506 m)
di Pulau Panggung, Tanggamus. Gunung Pesawaran (1.662 m) di Kedondong,
Pesawaran. Gunung Betung (1.240 m) di Teluk Betung, Bandar Lampung. Gunung
Rajabasa (1.261 m) di Kalianda, Lampung Selatan. Gunung Tanggamus (2.156 m) di
Kotaagung, Tanggamus. Gunung Krakatau di Selat Sunda, Lampung Selatan. Gunung
Sekincau Liwa, Lampung barat. Gunung Ratai di Padang Cermin, Pesawaran.
Eksplorasi gunung.
Gunung-gunung Lampung memang tak setinggi gunung-gunung di Pulau Jawa, tetapi
memili kesulitan yang cukup tinggi untuk mendakinya, karena memiliki tingkat
kerapatan yang tinggi pula. Mahasiswa pecinta alam Universitas Lampung (MAPALA
UNILA) adalah salah satu organisasi yang sering melakukan penelitian, pendataan
dan eksplorasi gunung-gunung di Lampung yang masih perawan dan belum terjamah
oleh tangan manusia. Selain gunung, MAPALA UNILA juga telah banyak melakukan
eksplorasi seperti goa di daerah Pesisir Barat (Krui), penyu, tebing, sungai,
pantai, pulau-pulau disekitar lampung, daerah-daerah terpencil yang ada di
daerah Lampung.
Masyarakat pesisir lampung kebanyakan nelayan, dan bercocok
tanam. Sedangkan masyarakat tengah kebanyakan berkebun lada, kopi, cengkeh,
kayu manis dll.
Lampung fokus pada pengembangan lahan bagi perkebunan besar
seperti kelapa sawit, karet, padi, singkong, kakao, lada hitam, kopi, jagung,
tebu dll. Dan di beberapa daerah pesisir, komoditas perikanan seperti tambak
udang lebih menonjol, bahkan untuk tingkat nasional dan internasional. Selain
hasil bumi Lampung juga merupakan kota pelabuhan karena lampung adalah pintu
gerbang untuk masuk ke pulau sumatra. dari hasil bumi yang melimpah tumbuhlah
banyak industri-industri seperti di daerah pesisir panjang, daerah natar,
tanjung bintang, bandar jaya dll
Kota-kota penting di Provinsi Lampung adalah : Bandar Lampung,
Menggala, Kota Agung, Kalianda, Bakauheni, Krui (Pesisir Barat ), Metro,
Kotabumi, Bandar Jaya, Pringsewu, Blambangan Umpu,dan Kota-kota Satelit Bandar
Lampung.
Pariwisata
Tahun 2009 Pemerintah Provinsi Lampung mencanangkan tahun kunjungan wisata.
Jenis Wisata yang dapat dikunjungi di Lampung adalah Wisata Budaya di beberapa
Kampung Tua di Sukau, Liwa, Kembahang, Batu Brak, Kenali, Ranau dan Krui di
Lampung Barat serta Festival Sekura yang diadakan dalam seminggu setelah Idul
Fitri di Lampung Barat, Festival Krakatau di Bandar Lampung, Festival Teluk
Stabas di Lampung Barat, Festival Teluk Semaka di Tanggamus, dan Festival Way
Kambas di Lampung Timur.
Industri
Sebagai gerbang Sumatera, di Lampung sangat potensial berkembang berbagai jenis
industri. Mulai dari industri kecil (kerajinan) hingga industri besar, terutama
di bidang agrobisnis. Industri penambakan udang termasuk salah satu tambak yang
terbesar di dunia setelah adanya penggabungan usaha antara Bratasena, Dipasena
dan Wachyuni Mandira.
Terdapat juga pabrik gula dengan produksi per tahun mencapai
600.000 ton oleh 2 pabrik yaitu Gunung Madu Plantation dan Sugar Group. pada
tahun 2007 kembali diresmikan pembangunan 1 pabrik gula lagi di bawah PT.
Pemuka Sakti Manis Indah (PSMI) yang diproyeksikan akan mulai produksi pada
tahun 2008. Industri agribisnis lainnya: ketela (ubi), kelapa sawit, k0pi
robusta, lada, coklat, kakao, nata de coco dan lain-lain.
Transportasi
Jalan Raya
Untuk mengakses Provinsi Lampung, dari arah Aceh dapat menggunakan jalur darat
melalui jalan lintas tengah Sumatera, Jalan Lintas Timur Sumatera, Jalan Lintas
Barat Sumatera dan Jalan Lintas Pantai Timur Sumatera.
Jalan Tol
Sampai saat ini belum ada jalan tol di provinsi Lampung, namun saat ini sedang
dibangun Jalan Tol Bakauheni-Bandar Lampung-Terbanggi Besar yang telah dimulai
pengerjaannya sejak 30 April 2015, dari Bakauheni (Lampung Selatan) hingga
Terbanggi Besar (Lampung Tengah) sepanjang 139 kilometer yang direncanakan
beroperasi penuh pada tahun 2018.
Sebelumnya Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
(PU-Pera) tengah mempersiapkan pembangunan jalan tol kawasan
Bakauheni-Palembang. Jalan tol ini, nantinya akan terdiri dari tiga kawasan
ruas tol. Untuk tahun ini yang akan dibangun salah satunya Bakauheni-Terbanggi
Besar, panjangnya 138 km. Selain itu, modernisasi dermaga Merak dan Bakauheni
juga akan dibangun.
Kawasan ruas tol Bakauheni-Terbangi besar diperkirakan dapat
diselesaikan dalam empat tahun dengan pendanaan dari swasta, pemerintah,
gabungan swasta maupun Pemerintah. Adapun biaya pembangunan ini, diprediksi
mencapai Rp 53 triliun, termasuk pembebasan lahan dan konstruksi sekira Rp30
triliun.
Bus
Lampung memiliki satu terminal bus yaitu Terminal Rajabasa yang merupakan
Terminal Terbesar dan Salah satu tersibuk di Sumatera dan Lampung, selain itu
terdapat terminal Sukaraja yang berada di Bandar Lampung.
Terminal Rajabasa melayani rute jarak dekat, menengah, dan jauh (AKAP) yang
melayani rute ke kota-kota di Sumatera dan Jawa. Walaupun Terminal Rajabasa
sudah direnovasi, namun kesan angker ternyata belum sepenuhnya hilang. Sejumlah
calon penumpang masih enggan memasuki area terminal terbesar di Sumatera itu.
Selain dua terminal tersebut, terdapat banyak terminal bus yang berada di
seluruh ibukota kabupaten di Lampung.
Pelabuhan
Di Provinsi ini terdapat Pelabuhan Panjang yang merupakan pelabuhan
ekspor-impor bagi Lampung dan juga Pelabuhan Srengsem yang menjadi pelabuhan
untuk lalu lintas distribusi batu bara dari Sumatera Selatan ke Jawa. Sekitar
92 kilometer dari selatan Bandar Lampung, ada Bakauheni, yang merupakan sebuah
kota pelabuhan di provinsi Lampung, tepatnya di ujung selatan Pulau Sumatera.
Terletak di ujung selatan dari Jalan Raya Lintas Sumatera, pelabuhan Bakauheni
menghubungkan Sumatera dengan Jawa via perhubungan laut.
serta pelabuhan nelayan seperti Pasar Ikan (Telukbetung),
Tarahan, dan Kalianda di Teluk Lampung.
Ratusan trip feri penyeberangan dengan 24 buah kapal feri dari
beberapa operator berlayar mengarungi Selat Sunda yang menghubungkan Bakauheni
dengan Merak di Provinsi Banten, Pulau Jawa. Feri-feri penyeberangan ini
terutama melayani jasa penyeberangan angkutan darat seperti bus-bus penumpang
antar kota antar provinsi, truk-truk barang maupun mobil pribadi. Rata-rata
durasi perjalanan yang diperlukan antara Bakauheni – Merak atau sebaliknya
dengan feri ini adalah sekitar 2 jam